Lantunan Sang Legenda

Lantunan Sang LegendaDalam setiap pentasnya, kharisma dan figur Iwan Fals mampu mengumpulkan masa dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.

Gejala seperti itu jarang terjadi sebelumnya, lebih-lebih figur tersebut seorang artis. Dalam hal figur Iwan Fals, dapat dikatakan bahwa alasan untuk menyukainya adalah pembawaan yang ‘sederhana’. Hal ini merupakan ‘kelainan’ dari seseorang yang sudah populer, apalagi untuk seorang artis atau penyanyi, sebab kepopuleran biasanya diidentikkan dengan ‘glamour’ dan kemewahan.

Pemunculan album solonya yang pertama berlabel ‘Sarjana Muda’ merupakan awal kepopuleran Iwan Fals sekaligus sebagai awal pemberian predikat pengarang yang penuh dengan protes dan kritik sosial oleh beberapa media massa.

Predikat yang diberikan kepada Iwan Fals tersebut pada perkembangan berikutnya tetap terbentuk lewat peranan media massa sebagai jembatan informasi terhadap penggemarnya. Hal ini menunjukkan bahwa predikat ‘pengarang lagu protes dan kritik sosial’ meruakan salah satu faktor yang menyebabkan Iwan Fals populer.

Aktualitas materi atau isi dalam lirik lagunya sangat menonjol sesuai dengan situasi pada saat itu. Di sinilah Iwan Fals memainkan suara batin dan kepekaan sosialnya. Misalnya dalam lirik lagu ‘Ethiopia’ (tentang bencana kelaparan di negara tersebut), ‘Celoteh Camar Tolol dan Cemar’ (tentang tragedi nasional tenggelamnya kapal Tampomas II di perairan Masalembo), ‘1910’ (kecelakaan kereta api di Bintaro), ‘Hatta’ (pada saat Bung Hatta meninggal dunia), ‘Columbia’ (tentang bencana alam dinegara tersebut), dan sebagainya. Materi atau isi lirik lagu yang aktual tersebut sangat terikat pada ‘waktu’ dan ‘tempat’.

Dalam kurun waktu tertentu suatu topik bisa dikatakan aktual, tetapi pada masa berikutnya sudah tidak aktual lagi. Keterikatan tempat berarti adanya kesesuaian, dalam arti seseorang yang tinggal dalam alam pedesaan sebagai lingkungan hidupnya, tidak akan bicara tentang problem-problem dan kehidupan kota sehingga karya yang dihasilkan bukan merupakan ‘angan-angan’ dan ‘mimpi’. Artinya, karya tersebut kontekstual, yaitu dengan melihat dimensi waktu dan tempat yang sesuai.

Dengan melihat tema dan lirik lagu Iwan Fals yang aktul tersebut, topik yang menjadi pembicaraan dalam lirik lagunya sederhana, ‘ringan’, dan mudah dimengerti, karena sudah diketahui oleh pendengarnya lewat media massa. Jadi tidak ada ‘berita baru’ dalam lirik lagu tersebut.

Sebagai seorang penyanyi dan pengarang lagu, Iwan Fals dapat dikategorikan sebagai pengarang lagu yang produktif. Dalam kurun waktu 12 tahun, Iwan Fals sudah menghasilkan 18 buah kaset rekaman, dengan jumlah lirik lagu sebanyak 116 buah sebagai hasil karyanya sendiri. Produktivitas seorang pengarang menyangkut kuantitas karya yang sudah dihasilkan. Terlepas dari kualitas karya tersebut, produktivitas ini berhubungan dengan kontinuitas dalam berkarya dan juga peranan media massa sebagai alat promosi. Semakin produktif seseorang dalam berkarya, namanya akan semakin dikenal dan diingat oleh penggemarnya, demikian pula sebaliknya.

Seni dalam melantunkan sebuah lagu menentukan daya tarik tersendiri, disamping unsur-unsur sebagai daya pikat dalam sebuah lagu berupa melodi, jenis irama, dan lirik lagu. Melodi berhubungan dengan aransemen atau kemampuan seorang pengarang lagu dalam merangkaikan nada atau notasi musik. Jenis irama merupakan jenis musiknya seperti jazz, rock, blues, country, dan sebagainya. Lirik lagu menuju pada syair dan isi lagu telepas dari unsur melodi dan jenis iramanya. Ketiga unsur ini terangkai lewat kreativitas pengarang lagu sehingga menjadi bentuk lain yang dapat dinikmati sebagai satu kesatuan yang utuh menjadi sebuah lagu.

Apabila salah satu daya pikat lirik lagu Iwan Fals terletak pada isi lagu yang penuh dengan protes dan kritik sosial, maka hal ini bukan mengacu pada melodi atau jenis iramanya, tetapi menuju pada lirik lagu dan isinya. Sebab lirik lagu Iwan Fals ditampilkan dengan bahasa sederhana, mudah dimengerti, dan pilihan tema yang dianggap mewakili suara orang kebanyakan.

Selain itu, proses penciptaan lirik lagu Iwan Fals tidak jauh berbeda dengan penciptaan puisi pada umunya. Hampir sebagian besar lirik lagu Iwan Fals yang dibuat sebelum ada melodinya sebagai unsur musik, sehingga setelah digabungkan menjadi semacam musikalisasi puisi.

Iwan Fals tidak mau terikat oleh melodi demi kebebasan lirik lagunya meskipun proses kreatifnya dimulai dengan membuat melodinya terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat dalam membawakan lagunya, sering terjadi vokal Iwan Fals masih ter dengar meskipun melodinya sudah habis. Bahkan, ada beberapa buah lagu yang ditambah dengan suara Iwan Fals tanpa ada kesesuaian dengan musiknya, seperti sedang membacakan sebuah puisi.

Cara itu sebenarnya cerminan kekhasan seorang Iwan Fals dalam membawakan lagu-lagunya. Ia benar-benar menikmati suasana dengan apa yang sedang ia nyanyikan tanpa harus terkekang oleh aturan musik kebanyakan. Cara itu pula yang membuat kharisma Iwan Fals semakin tertanam dimata penggemarnya.

0 Comments:

  • :))
  • ;))
  • ;;)
  • :D
  • ;)
  • :p
  • :((
  • :)
  • :(
  • :X
  • =((
  • :-o
  • :-/
  • :-*
  • :|
  • =))
  • 8-}
  • :-L
  • b-(
  • :-t
  • x(
  • :)]
  • ~x(
Post a Comment


Recent Post

Welcome

To My Personal Online Home. This Site Features My Blog, Wallpapers, Lyrics, Tutorial, Software...
Thank's To Visit My Site

Recent Visitors

Recent Comments

Copyright © 2008 Amboeradoel Camp | Fanotti