Kritik dan Keadilan Sosial

Hampir sebagian besar lirik lagu Iwan Fals merupakan kritik sosial, bahkan lagu tentang cinta pun diselipi dengan kritik sosial. Meskipun demikian, bukan berarti apabila ada kritik sosialnya kemudian digolongkan sebagai lirik lagu dengan gagasan utama kritik sosial. Kritik sosial itu sendiri dilatarbelakangi dorongan untuk memprotes ketidakadilan yang dilihat, didengar, maupun yang dialaminya.

Permasalahan yang menjadi sorotan lirik lagu Iwan Fals lewat kritik sosial sangat kompleks. Masalah korupsi yang semakin merajalela menjadi perhatian dalam lirik lagu "Opiniku" (Op.) dan lirik lagu "Tikus-Tikus Kantor" (Eth.). Permasalahan dari korupsi tersebut digambarkan dalam lirik lagu yang berjudul "Opiniku" seperti dalam contoh berikut ini.

Opiniku
Iwan Fals ( Album Opini 1982 )

Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan

Binatang tak mempunyai akal dan pikiran
Segala cara halalkan demi perut kenyang
Binatang tak pernah tahu rasa belas kasihan
Padahal disekitarnya petani berjalan pincang

Namun kadang kala ada manusia
Seperti binatang ( kok bisa ? )
Bahkan lebih keji
Dari binatang macan

Tampar kiri kanan alasan untuk makan
Padahal semua tahu dia serba kecukupan
Intip kiri kanan lalu curi jatah orang
Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan

Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan

Namun kadang kala ada manusia
Seperti binatang
Bahkan manusia lebih keji
Dari binatang

Mengambil perumpamaan antara manusia dan binatang dalam hal kebutuhan makan, lirik lagu ini ingin menyoroti masalah korupsi yang semakin menggejala dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya manusia justru lebih keji dari binatang dalam memperoleh makanannya.

Meskipun manusia memiliki akal dan pikiran, cara memperoleh makanannya melebihi kekejaman binatang yang tak mempunyai akal dan pikiran. Kekejaman manusia ini diilustrasikan dengan mengatakan sahabat kental pun dibiarkan kurus kering kelaparan.

Dalam kontek lirik lagu ini, makna makanan tidak hanya terbatas pada barang atau jenis makanan yang siap dikonsumsi untuk kebutuhan tubuh manusia. Akan tetapi, juga menyangkut semua jenis kebutuhan materi yang diperlukan manusia sehari-hari.

Permasalahan korupsi ini sudah demikian membudaya sehingga dianggap suatu kisah yang usang. Hal ini dikatakan dalam lirik lagu kritik lainnya yang berjudul ‘Tikus-Tikus Kantor’.

Tikus Tikus Kantor
Iwan Fals ( Album Ethiopia 1986 )

Kisah usang tikus tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi

Dibalik meja teman sekerja
Didalam lemari dari baja

Kucing datang cepat ganti muka
Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi

Tikus tikus tak kenal kenyang
Rakus rakus bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang

Kucing kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik licik tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura pura mendelik

Tikus tau sang kucing lapar
Kasih roti jalanpun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar

Tikus merupakan hewan yang hidup dalam lorong-lorong gelap dan kotor sehingga menimbulkan imajinasi yang menjijikkan. Akan tetapi, dalam contoh lirik lagu ini justru digambarkan memakai dasi.

Kata ‘dasi’ mengandung konotasi orang-orang terhormat digambarkan memiliki mental dan tingkah laku seperti tikus. Lebih lanjut, perumpamaan tentang tikus berdasi ini dikontraskan dengan datangnya seekor kucing yang sebenarnya merupakan pemangsa bangsa tikus.

Dengan sebuah roti, kodrat bahwa kucing sebagai pemangsa tikus menjadi berubah. Secara simbolik lirik lagu ini ingin mengatakan bahwa materi dapat berubah ketentuan dan hukum yang berlaku.

Jadi, lirik lagu ini berisikan kritk tentang kolusi yang terjadi antara seorang melanggar hukum (korupsi) disatu pihak dan seorang yang berkedudukan sebagai pengawas (petugas) dipihak lain melalui perumpamaan binatang tikus dan kucing.

Kadang-kadang kritik yang disampaikan dalam lirik lagu Iwan Fals sangat keras sehingga terkesan seperti ‘menuduh’ terhadap obyek yang menjadi sasaran kritiknya.

Surat Buat Wakil Rakyat
Iwan Fals ( Album Wakil Rakyat 1987 )

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili

Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Dikantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke

Saudara dipilih bukan di lotere
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam juara he eh juara hahaha

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR

Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”

Lirik lagu ini merupakan kritik terhadap Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembagai tinggi negara, juga termasuk anggota yang duduk didalamnya.

Ada tiga hal yang menjadi sorotan dalam lirik lagu tersebut. Pertama adalah tentang gejala ‘nepotisme’ dalam Dewan Perwakilan Rakyat, yang dikatakan dengan ‘bukan kumpulan teman-teman dekat’, dan ‘apalagi sanak famili’. Hal ini merupakan kritik tentang banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang masih ada hubungan saudara, atau merupakan keluarga dari beberapa pejabat pemerintah.

Kedua, sistem pemilihan yang digunakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat tersebut. Sistem ini membuat rakyat Indonesia tidak langsung memilih seseorang, tetapi lewat sebuah partai tertentu. Hal ini membuat pemilih tidak tahu profil dari msing-masing individu yang menjadi wakilnya sehingga dikatakan dengan ‘meski kami tak kenal siapa saudara’.

Ketiga, tentang anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang pasif dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat.

Dalam lirik lagu tersebut dikatakan dengan ‘kami tak sudi memilih para juara’ dan ‘juara diam, juara he’ eh juara ha…. ha… ha…’. Hal ini sempat menjadi pembicaraan masyarakat lewat media massa sehingga pada saat itu sempat muncul istilah ‘4D’ yang artinya ‘datang, duduk, diam, dibayar’.

Frase ‘wakil rakyat bukan paduan suara’ dan ‘hanya tau nyanyian lagu setuju’ menggambarkan arti bahwa beberapa anggota dewan hanya mengikuti arus, tanpa memiliki inisiatif sendiri.

Kritik sosial lain dalam lirik lagu Iwan Fals dapat dijumpai dalam lirik lagu ‘Guru Oemar Bakrie (SM) dan ‘Sarjana Muda’ (SM), yang menyoroti masalah pendidikan di Indonesia.

Lirik lagu Iwan Fals yang berjudul ‘Berkacalah Jakarta’ (Sg.), merupakan kritik terhadap pembangunan dikota Jakarta yang cenderung lebih menguntungkan kelompok tertentu. Masalah pelayanan sebuah rumah sakit yang membedakan status sosial pasiennya, dibicarakan dalam lirik lagu berjudul ‘Ambulan Zig-Zag’ (SM). Kesenjangan sosial yang begitu dalam antara kelas bawah dan kelas menengah keatas, disoroti lewat lirik lagu berjudul ‘Siang Seberang Sebuah Istana’ (Sg.) dan ‘Berikan Pijar Matahari’ (Sb.).

Sebuah ironi berupa nasihat seorang ayah kepada anaknya tentang sulitnya mencari pekerjaan tanpa adanya koneksi, dibicarakan dalam lirik lagu berjudul ‘Nak’ (1910). Kehidupan sebuah kota besar dengan segala problematikanya, yang cenderung mengorbankan rakyat kecil diungkapkan lewat lirik lagu berjudul ‘Kota’ (ASK). Percaturan politik yang penuh dengan intrik dan rekayasa, digambarkan dalam liririk lagu yang berjudul ‘Sumbang’ (Sb.). dalam lirik lagu yang berjudul ‘Jangan Bicara’ diceritakan tentang persoalan pengangguran dan penderitaan rakyat kecil, sementara itu sekelompok orang justru menimbun kekayaannya. Kritik tentang pelayanan jasa angkutan umum kereta api yang sering mengalami keterlambatan, dituangkan dalam lirik lagu berjudul ‘Kereta Tiba Pukul Berapa’ (Sb.).

Dari lirik lagu yang bertemakan kritik dan keadilan sosial ini, terlihat bahwa masalah yang diungkapkan sangat beragam. Mulai dari kesenjangan sosial, politik, korupsi, sistem pendidikan, pengangguran, sampai dengan masalah jasa pelayanan rumah sakit dan kereta api, menjadi pembicaraan dalam lirik lagu Iwan Fals. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat Iwan Fals diberi predikat sebagai pengarang lirik lagu yang penuh dengan protes dan kritik sosial.

Selain itu, permasalahan yang diungkap tersebut sebagian besar menyangkut kehidupan masyarakat menengah kebawah. Dengan demikian, kritik yang disampaikan lebih berkesan merupakan suara rakyat kecil, yang cenderung menjadi objek dari semua kepincangan dan kekurangan, yang melatarbelakangi adanya lirik lagu dengan tema kritik sosial tersebut.

1 Comments:

    Anonymous
     
    Hai sobat....silahkan dengar dan download lagu-lagu kritik sosial by: GATEL BAND hanya di http://gatelbandku.co.cc
  • :))
  • ;))
  • ;;)
  • :D
  • ;)
  • :p
  • :((
  • :)
  • :(
  • :X
  • =((
  • :-o
  • :-/
  • :-*
  • :|
  • =))
  • 8-}
  • :-L
  • b-(
  • :-t
  • x(
  • :)]
  • ~x(
Post a Comment


Recent Post

Welcome

To My Personal Online Home. This Site Features My Blog, Wallpapers, Lyrics, Tutorial, Software...
Thank's To Visit My Site

Recent Visitors

Recent Comments

Copyright © 2008 Amboeradoel Camp | Fanotti