Lingkungan Hidup

Lirik lagu yang bertemakan lingkungan hidup ini menyangkut beberapa aspek, antara lain kelestarian hutan, pencemaran lingkungan, penggusuran lahan pertanian untuk kepentingan industri, konservasi alam, dan sebagainya.

Tema lingkungan hidup dapat dijumpai dalam lirik lagu Iwan Fals yang berjudul " Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi " (Op.), "Si Tua Sais Pedati" (SM), "Tak Biru Lautku" (Op.), "Balada Orang-Orang Pedalaman" (SM), "Pinggiran Besar" (Eth.), dan "Ujung Aspal Pondok Gede" (MD).

Penebangan hutan tanpa memperhitungkan keseimbangan alam, menjadi sorotan dalam lirik lagu ‘Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi’ dan ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’. Rusaknya hutan digambarkan dengan penebangan pohon-pohon secara liar oleh beberapa orang yang disebut dengan badut yang serakah.

Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Iwan Fals ( Album Opini 1982 )

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut badut serakah
Tanpa HPH berbuat semaunya

Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu
Oh mengapa

Oh jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu
Saja

Oh jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti

Hutan yang tadinya rimbun dan hijau, kini hanyalah tinggal kenangan. Hal ini menjadi suatu ironi bahwa kelestarian hutan yang awalnya begitu penting berubah menjadi suatu hal yang sepele sehingga hanya sebagai cerita pengantar tidur anak kecil. Penebangan hutan secara terus menerus, yang menimbulkan kerusakan hutan, dikatakan dengan ‘gergaji tak pernah berhenti’. Akibatnya bencana erosi, kekeringan tanah, dan banjir, menjadi sesuatu hal yang harus diterima sebagai akibat kerusakan hutan tersebut.

Pembicaraan tentang penebangan hutan yang membawa akibat lebih luas lagi, digambarkan lewat lirik lagu berjudul ‘Balada Orang-Orang Pedalaman’.

Balada Orang Orang Pedalaman
Iwan Fals ( Album ‘1910’ 1988 )

Balada orang orang pedalaman
Di hutan di gunung dan di pesisir
Manusia yang datang dari kota
Tega bodohi mereka

Lihatlah tatapannya yang kosong
Tak mengerti apa yang terjadi

Tak tajam lagi tombak panah dan parang
Tak ampuh lagi mantra dari sang pawang
Dimana cari hewan buruan
Yang pergi karena senapan

Dimana mencari ranting pohon
Kalau sang pohon tak ada lagi

Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan dilangit
Lewatmu kembali

Balada orang orang pedalaman
Yang menari dan bernyanyi
Dihalau bising
Ribuan deru gergaji

Kata-kata ‘he ya ya ya he yaho’ dan ‘he ya ya ya ho yahe’ yang berulang-ulang dalam contoh lirik lagu tersebut merupakan bunyi nonleksiografis, yang mengimajinasikan suasana yang gemuruh dan gegap gempita. Hal ini mencerminkan keadaan orang-orang pedalaman yang selalu ketakutan oleh penggusuran tersebut.

Lirik lagu ini seolah-olah merupakan jeritan ketidakberdayaan penduduk asli, yang tergusur oleh sekelompok manusia dengan orientasi bisnis, tanpa memperhitungkan keseimbangan alam. Subjek penggusuran ini dikatan sebagai ‘manusia datang dari kota’, dan ‘tega bodohi mereka’.

Hal ini mengandung arti bahwa orang-orang yang berpendidikan tinggi cenderung memperalat dan mengorbankan yang pendidikannya lebih rendah. Tombak, panah, dan parang yang merupakan sarana utama bagi kelangsungan hidupnya, sudah tidak tajam lagi, menambah sengsara nasib mereka. Apalagi hewan buruan sebagai sumber makanannya sudah tidak ada lagi karena takut dengan suara senapan. Mantra-mantra dari sang pawang sebagai kebutuhan rohani, yang tadinya dianggap begitu sakral, selanjutnya dikatakan menjadi tidak ampuh semakin menambah ketragisan nasib mereka. Mereka tidak tahu kepada siapa harus menanyakan hewan buruan, pohon, dan hutannya yang sudah rusak. Pertanyaan ini menjadi wakil dari semua korban penggusuran yang memiliki nasib seperti orang-orang pedalaman tersebut.

1 Comments:

    Cara Keluar dari Google Sandbox
     
    bener gan.orang pintar sekarang cenderung bukannya membantu 'mempintarkan' orang2 bdoh,sebaliknya justru memperalatnya,entah dimana lagi terdapat rasa manusiawi itu,lingkungan dirusak tanpa sedikitpun perasaan,sungguh kejam
  • :))
  • ;))
  • ;;)
  • :D
  • ;)
  • :p
  • :((
  • :)
  • :(
  • :X
  • =((
  • :-o
  • :-/
  • :-*
  • :|
  • =))
  • 8-}
  • :-L
  • b-(
  • :-t
  • x(
  • :)]
  • ~x(
Post a Comment


Recent Post

Welcome

To My Personal Online Home. This Site Features My Blog, Wallpapers, Lyrics, Tutorial, Software...
Thank's To Visit My Site

Recent Visitors

Recent Comments

Copyright © 2008 Amboeradoel Camp | Fanotti