Rakyat Kecil dan Kepedulian Sosial

Kehidupan rakyat kecil bagi Iwan Fals merupakan suatu keadaan yang sangat "menarik" untuk ditampilkan dalam lirik lagunya, sebagai salah satu bukti kepeduliannya terhadap nasib mereka. Wajar apabila sebagian besar lirik lagu Iwan Fals berbicara tentang nasib rakyat kecil. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dalam lirik lagunya, rakyat kecil digambarkan sebagai kelompok yang tertindas, diasingkan, dan selalu menderita. Mereka memiliki cara dan gaya tersendiri untuk menunjukkan kebahagiaan dan usaha dalam menghadapi kerasnya kehidupan.

Satu hal yang menonjol dalam lirik lagu Iwan Fals tentang rakyat kecil dan kepedulian sosial yaitu kepekaannya dalam menangkap suatu peristiwa untuk diabadikan dalam sebuah lagu.

Peristiwa tenggelamnya kapal Tampomas II di perairan Masalembo yang dianggap sebagai tragedi nasional, diabadikan dalam lirik lagu yang berjudul ‘Celoteh Camar Tolol Cemar’ (Sb.).

Kecelakaan kereta api didaerah Bintaro yang menelan korban ratusan jiwa manusia, diabadikan lewat lirik lagu berjudul ‘1910’ (1910). Bencana alam yang terjadi di daerah Jawa Barat dengan meletusnya Gunung Galunggung, dituangkan lewat lirik lagu yang berjudul ‘Tolong Dengar Tuhan’ (Sg.).

Kepedulian sosial yang dituangkan dalam lirik lagu Iwan Fals tentang beberapa peristiwa, tidak terbatas pada peristiwa yang ada di negara Indonesia saja sebagai lingkungan kehidupannya. Peristiwa di belahan dunia lainnya yang menyangkut kesengsaraan masyarakat bahwa juga menjadi perhatiannya. Perang yang terus berkecamuk di negara Timur Tengah, diabadikan lewat lirik lagu berjudul ‘Timur Tengah’ (ASK).

Bencana kelaparan yang elanda daerah Afrika, dituangkan lewat lirik lagu berjudul ‘Ethiopia’ (Eth.). Bahkan, peristiwa bencana gempa bumi yang terjadi di benua Amerika, tepatnya di negara Columbia dan menelan ribuan koran jiwa, juga diungkapkan dalam sebuah lirik lagu yang berjudul ‘Columbia’ (LKT).

Golongan yang termasuk dalam kelompok rakyat kecil, biasanya status sosialnya rendah dan tidak mempunyai kedudukan secara struktural dalam masyarakat. Hampir semua bidang yang menjadi profesi rakyat kecil tidak lepas dari perhatian Iwan Fals.

Cerita tentang penjual koran eceran di pinggir jalan, dituangkan lewat lirik lagu ‘Sore Tugu Pancoran’(STP). Dalam lirik lagu berjudul ‘Doa Pengobral Dosa’ (SE), ‘Lonteku’ (Eth.), ‘Perempuan Malam’ (MD), dan ‘Azan Subuh Masih di Telinga’ (Sg.), membicarakan wanita yang bekerja sebagai pekerja seks komersial. Kaum gelandangan dan pengemis diceritakan dalam lirik lagu ‘Siang Seberang Sebuah Istana’ (Sg.), dan ‘Gali Gongli’ (ASK).

Kisah seorang pembantu rumah tangga dapat ditemukan dalam lirik lagu yang berjudul ‘Tarjimah dan Problemnya’ (Op.). Liku-liku tentang kehidupan yang biasa dikenal dengan ‘dunia hitam’, disampaikan lewat lirik lagu ‘Brandal Malam di Bangku Terminal’ (Eth.), ‘Engkau Tetap Sahabatku’ (1910), ‘Sugali’ (Sg.), ‘Air Mata Api’ (MD), dan ‘Ada Lagi Yang Mati’ (1910). Selain itu, masih dapat dijumpai kisah tentang buruh dan pekerja kasar seperti dalam lirik lagu ‘PHK’ (MD), dan ‘Kuli Jalan’ (LKT).

Lirik lagu tenteng rakyat kecil yang menarik untuk diamati berjudul ‘Gali Gongli’ (ASK), yang menunjukkan kepekaan Iwan Fals dalam menangkap permasalahan rakyat kecil.

Gali Gongli
Iwan Fals ( Album Aku Sayang Kamu 1986 )

Lelaki kecil usia belasan
Rokok di tangan depan kedai tuak
Diselah gurau tiga temannya
Diatas koran asik main domino

Dilokalisasi pinggiran kota
Yang nama dosa mungkin tak bicara
Neraka poster indah kamar remang
Engkau lahir lelaki kecil malang

Gali Gongli bocah karbitan
Besar dari belaian ribuan bapak
Gali Gongli anak rembulan
Hidup dari bibir yang iklankan
Tubuh mulus ibunya

Lelaki kecil usia belasan
Usai berjudi pagi habis subuh
Kembali ia ditelan sepi
Entah esok apalagi
Hari depan
Hari depan

Lirik lagu ini mempertanyakan masa depan seorang anak yang lahir dan besar di daerah lokalisasi. Dunia yang diceritakan, oleh masyarakat umum dikenal dengan nama ‘dunia hitam’ yang biasa diidentikkan dengan judi dan minuman keras.

Seperti dalam contoh lirik lagu diatas, dinyatakan dengan ‘di atas koran asyik main domino’ serta ‘rokok ditangan depan kedai tuak’. Frase ‘besar dari belaian ribuan bapak’ dan ‘hidup dari bibir yang diiklankan tubuh mulus ibunya’, menunjukkan bahwa anak tersebut dilahirkan oleh seorang wanita pekerja seks komersial, tanpa diketahui siapa bapaknya.

Lingkungan kehidupannya yang keras membuat anak tersebut tidak sempat memikirkan dunia remajanya karena pergaulannya justru dengan orang-orang yang tidak sesuai dengan usianya. Masa remajanya hilang tidak seperti layaknya anak seusia dirinya. Dalam usia semuda itu, harus hidup dalam dunia yang kurang sesuai dengan perkembangan jiwanya sehingga dalam akhir lagu dikatakan ‘entah esok apa lagi, hari depan’.

Hal ini memberikan gambaran bahwa permasalahan rakyat kecil tidak hanya tentang kemiskinan, penderitaan, penindasan, dan sebagainya, tetapi lebih kompleks seperti yang diungkapkan dalam lirik lagu itu sebagai poblem yang juga harus mereka hadapi.

Penggambaran lain tentang kehidupan rakyat kecil yang mengungkap masalah sangat manusiawi tentang problem manusia pada umumnya, disampaikan lewat lirik lagu berikut ini.

Tarmijah Dan Problemnya
Iwan Fals ( Album Opini 1982 )

Cerita duka pembantu rumah tangga
Harga Tarmijah sebulan delapan ribu rupiah

Di pagi buta sedang pulas tidur kita
Neng Tarmijah sudah bangun lalu bekerja

Siapkan sarapan
Bersihkan halaman
Siapkan pakaian
Seragam sekolah untuk anak majikan

Setelah beres Tarmijah dipanggil nyonya
Pergi ke pasar belanja ini hari

Asin sedikit Tarmijah di caci maki
Masakan lezat tak pernah di puji

Oh sudah pasti keki
Namun hanya disimpan dalam hati

Di malam minggu anak majikan berdandan
Sambut sang pacar itu suatu kewajiban

Nona Tarmijah tak mau ketinggalan
Lalu berdandan siap untuk berkencan

Nyonya majikan lihat Tarmijah berkencan
Di muka rumah terhalang pagar halaman

Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam
Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam

Tarmijah K.O.
Tarmijah K.O.

Lirik lagu ini bercerita tentang problem pembantu rumah tangga yang bernama Tamijah. Disini dijelaskan rutinitas pekerjaan yang dilakukan oleh Tarmijah, seperti halnya pembantu rumah tangga pada umumnya. Dimulai dari menyiapkan makanan, pakaian, membersihkan halaman, berbelanja, sampai kebutuhan untuk keperluan tuannya. Sampai suatu saat pada malam minggu, Tarmijah berkencan dengan tetangganya yang juga seorang pembantu rumah tangga dan membuat majikannya marah sehingga Tarmijah harus menerima pukulan dari nyonya majikannya.

Lirik lagu ini memberikan suatu gambaran tentang problem manusia yang sangat manusiawi. Apapun profesi dan keadaan seseorang, dalam beberapa hal tertentu semua manusia memiliki kesamaan. Semua orang sama-sama mempunyai hak untuk merasakan dan mengalami artinya cinta, yang dalam lagu ini disimbolkan dengan kata ‘berkencan’. Persamaan hak dalam merasakan dan mengalami artinya cinta, disampaikan dengan simbol berupa sebutan yang diberikan kepada Tarmijah.

Pada bait pertama Tarmijah disebut dengan ‘neng Tarmijah’ karena Tarmijah berada dalam kedudukan sebagai seorang pembantu rumah tangga dengan aktifitas rutinnya. Akan tetapi, pada bait ketiga sebutan kepada Tarmijah diganti dengan ‘nona Tarmijah’. Frase ‘nona Tarmijah tak mau ketinggalan’ dan ‘lalu berdandan siap untuk berkencan’, menunjukkan bahwa kedudukan Tarmijah pada bagian ini bukan sebagai pembantu rumah tangga, tetapi sebagai seorang gadis seperti wanita lain pada umumnya. Dengan demikian, cinta bukanlah monopoli bagi sekelompok orang yang merasa berhak untuk merasakan dan mengalaminya, tetapi cinta bersifat umum, dan dapat dimilki semua orang tanpa melihat kedudukan dan profesinya.

Lirik lagu yang mengungkapkan beberapa peristiwa bencana alam, menunjukkan kepekaan Iwan Fals atas nasib sesama manusia. Ungkapan dalam lirik lagu ini dapat menjadi pelajaran dan bahan renungan kepada orang yang kebetulan tidak mengalami peristiwa tersebut. Salah satu yang menarik untuk dibicarakan adalah lirik lagu yang berjudul 1910 (1910).

1910
Iwan Fals ( Album ‘1910’ 1988 )

Apa kabar kereta yang terkapar di senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah

Air mata
Air mata

Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah

Air mata
Air mata

Berdarahkah tuan yang duduk dibelakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa
Aku bosan

Lalu terangkat semua beban dipundak
Semudah itukah luka luka terobati

Nusantara tangismu terdengar lagi
Nusantara derita bila berhenti
Bilakah
Bilakah

Sembilan belas Oktober tanah Jakarta berwarna merah
(merah darah)
Meninggalkan tanya yang tak terjawab
Bangkai kereta lemparkan amarah

Air mata
Air mata

Nusantara langitmu saksi kelabu
Nusantara terdengar lagi tangismu
Nusantara kau simpan kisah kereta
Nusantara kabarkan marah sang duka

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku pergilah dengan tenang

Pergilah dengan tenang saudaraku
Saudaraku pergilah dengan tenang

Saudaraku pergilah dengan tenang
Sebab duka sudah tak lagi panjang
Saudaraku
Saudaraku

Peristiwa ini merupakan kecelakaan kereta api di daerah Bintaro, yang menelan korban ratusan jiwa manusia. Kereta tersebut merupakan rangkaian kereta kelas ekonomi sehingga sebagian besar penumpang yang menjadi korban adalah masyarakat yang termasuk golongan menengah ke bawah. Apabila tidak mengamati isi lirik lagunya, angka ‘1910’ yang dijadikan judul akan diartikan sebagai angka tahun. Padahal angka ‘1910’ tersebut mengandung arti tanggal 19, bulan 10 atau bulan Oktober karena peristiwa kecelakaan kereta api yang dituangkan lewat lirik lagu ini terjadi pada tanggal 19 Oktober.

Dalam bait pertama, frase ‘hancurkan mimpi bawa kisah air mata’, mengandung arti bahwa peristiwa ini mengejutkan semua pihak. Apalagi peristiwa tersebut menelan korban jiwa yang jumlahnya sangat banyak sehingga sampai dikatakan dengan ‘tanah Jakarta berwarna merah’.

Pada saat itu, berdasarkan penyelidikan pihak yang berwenang, ternyata kecelakaan tersebut diakibatkan oleh kesalahan dalam menentukan waktu keberangkatan. Penuangan tragedi kecelakaan kereta api ini tidak lepas dari pengamatan Iwan Fals untuk menyampaikan kritik dengan mengatakan ‘berdarahkan tuan yang duduk dibelakang meja’, ‘atau cukup hanya ucapkan bela sungkawa’, dan ‘aku bosan’.

Secara simbolis Iwan Fals mengatakan bahwa tragedi kecelakaan ini seharusnya menjadi cermin bagi pihak yng berkompeten (perusahaan kereta api) untuk memperbaiki pelayanannya.

Seperi lirik lagu Iwan Fals lain yang mengisahkan tentang rakyat kecil, terlihat adanya usaha untuk menjalin hubungan secara emosional kepada pembaca/pendengar melalui pemakaian kata ‘aku’ dan ‘saudaraku’. Hal ini dapat memberikan rangsangan sehingga lirik lagu tersebut seolah-olah merupakan suara hati dan jeritan pembaca sendiri dalam merasakan penderitaan akibat peristiwa tersebut. Dengan demikian, lirik lagu ini dapat memberikan suatu peringatan dan pelajaran kepada manusia agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi pada masa-masa yang akan datang. Demikian juga dengan peristiwa-peristiwa dan beberapa bencana lain, seperti yang dituangkan dalam lirik lagu ‘Celoteh Camar Tolol Cemar’ (Sb.), ‘Columbia’ (LKT), ‘Ethiopia ‘ (Eth.) dan ‘Timur Tengah’ (ASK).

Tema dan masalah yang ada dalam lirik lagu Iwan Fals sangat beragam, namun secara keseluruhan tema protes dan kritik sosial terlihat paling dominan dibandingkan dengan tema dan masalah lainnya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan lirik lagu Iwan Fals digemari oleh pendengarnya, disamping faktor-faktor lainnya.

Selain itu, lirik lagu yang bertemakan protes dan kritik sosial tersebut mengungkapkan masalh yang sangat dekat dengan permasalahan rakyat kecil pada umumnya sehingga bisa dikatakan sebagai realitas sosial. Seolah-olah lirik lagu tersebut mewakili suara rakyat kecil yang pada umumnya diidentikkan dengan kesengsaraan, penderitaan, dan sebagainya.

0 Comments:

  • :))
  • ;))
  • ;;)
  • :D
  • ;)
  • :p
  • :((
  • :)
  • :(
  • :X
  • =((
  • :-o
  • :-/
  • :-*
  • :|
  • =))
  • 8-}
  • :-L
  • b-(
  • :-t
  • x(
  • :)]
  • ~x(
Post a Comment


Recent Post

Welcome

To My Personal Online Home. This Site Features My Blog, Wallpapers, Lyrics, Tutorial, Software...
Thank's To Visit My Site

Recent Visitors

Recent Comments

Copyright © 2008 Amboeradoel Camp | Fanotti