Lagu-lagu pada album Best Of The Best adalah 'Entah', 'Kumenanti Seorang Kekasih', 'Kemesraan', 'Orang Pinggiran', 'Mata Indah Bola Ping Pong', 'Ethiopia', 'Pesawat Tempurku', 'Galang Rambu Anarki', 'Surat Buat Wakil Rakyat', 'Belum Ada Judul', 'Lancar', 'Celoteh Camar Tolol Dan Cemar', 'Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu', 'Sugali', 'Tikus Tikus Kantor', 'Mimpi Yang Terbeli', 'Sarjana Muda', 'Guru Oemar Bakri', 'Aku Sayang Kamu', 'Sore Tugu Pancoran'.
[Read More...]Namun pada setiap konser Kantata Samsara yang digelar dengan megah dan mewah selalu dikotori dengan ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Pada puncaknya saat konser di Senayan tanggal 6 Juli 1998, konser terpaksa dihentikan karena terjadi kerusuhan besar. Kejadian ini semakin memojokkan citra Iwan Fals yang selalu dianggap biang kerusuhan, Iwan Fals pun membantah, apa alasannya Iwan Fals dituduh penyulut kerusuhan. Dan timbul kabar, memang kerusuhan sengaja "dibuat" karena persaingan dan melibatkan kepentingan politik tertentu. Sangat disayangkan memang, kenyataannya begitulah yang terjadi pada masa-masa "Orde Baru".
Lagu-lagu pada album Kantata Samsara adalah 'Samsara', 'Nyanyian Preman', 'Pangeran Brengsek', 'Anak Zaman', 'Lagu Buat Penyaksi', 'Panji-Panji Demokrasi', 'Asmaragama', 'Songsonglah', 'Langgam Lawu', 'Bunga Matahari', 'For Green And Peace'.
"Ooh Tentreming ati Tentreming donya Ooh"
Bila ruang waktu berbenturan
Bila bintang diganti satelit
Manusia bunuh jarak
Evolusi kehidupan
Makin jelas
Bila hidup butakan budaya
Bila anarki membara rakyat merana
Daulat daya hidup jadi semu
Demokrasi bibir jalanan
Bukan penyelesaian
Keadilan
Kehidupan
Ditegakkan
Kebersamaan
Kemakmuran
Dilautkan
Apakah masih ada angin cinta kebersamaan ?
Gerhana meratap jiwa membara
Kesatuan berbangsa digemakan
Samsara
Galileo
Samsara
Galileo
Samsara
Angin berputar putar ditengah matahari
Bila anarki dan emosi bernyanyi
Kepalsuan membudaya
Merobohkan masa depan
Tergilas kehidupan melanium
Emosi membara
Anarki menyala
Serakah membara
Membuahkan kesenjangan
Oligarki
Monopoli
Daya mati
Demokrasi
Ekonomi
Daya hidup
"Singgah singgah kala singgah
Pan suminggah
Durga kala sumingkira
Singa sirah singa suku
Singa tan kasat mata
Singa tenggak singa
Wulu singa bahu
Kabeh pada sumingkira
Balia mring asal neki"
Wajahku disabet angin jadi tembaga
Ketombe dirambut celana kusut
Umurku ditelan jalan dalam kembara
Impian dirumput ah cerita butut
Addressku pojokan jalan tapi merdeka
Hidupku bersatu bersama rakyat
Jiwaku menolak menjadi kuku garuda
Hatiku setia meskipun cacat
Ooh ooh
Ya ya ya ya ya ya ya
T K W
Susu macan
Ijasah SD
Pengalaman
T K W
Susu macan
Ijasah SD
Pengalaman
Kugenggam nasibku mantap tanpa sesalan
Bapakku mentari bundaku jalan
Hidupku berlangsung tanpa buku harian
Berani konsekuen pertanda jantan
( Minuman pun ditenggak... Glegek huah )
Pangeran brengsek gudel ngepet
Suka nyopet mati disantet
Pangeran brengsek gegar otak
Padahal jelas tak punya otak
Aku seperti monyet botak
Monyet botak seperti aku
Monyet botak seperti gudel
Gudel ngepet seperti pangeran
Oh ya
Ngaku dermawan suka nyopet
Oh ya
Ee ee ati ati disantet
Sudah kubilang jangan protes
Pangeran brengsek
Sudah kubilang jangan nyopet
Pangeran brengsek sek sek sek sek
Pangeran brengsek suka nggelek
Pingin jadi caleg tapi gebleg
Jual tampang dikoran koran
Ha ha ha pahlawan kesiangan
Oh ya
Ngaku dermawan suka nyopet
Oh ya
Ee ee ati ati disantet
Sudah kubilang jangan protes
Pangeran brengsek
Sudah kubilang jangan nyopet
Pangeran brengsek
Senang bernyanyi kaya Sengkuni
Senang berkhotbah kaya Dorna
Ngomongnya ngaco co co co co co
Sek sek sek sek sek sek sek sek sek
Aku tanamkan benih hidup
Aku sirami dengan doa
Tumbuh tumbuhlah pohon kehidupan
Mekar mekarlah bunga harapan
Burung terbang menelan bintang
Dingin mencekam menakutkan
Bunga bunga api menari nari
Waspada waspadalah pancaroba
Hari baru telah datang
Bunga bunga masa depan
Telah datang perubahan
Bintang bintang anak zaman
Matinya seorang penyaksi
Bukan matinya kesaksian
Tercatat direlung jiwa
Menjadi bara membara
Duka cita terdalam
Hari ini kisahmu abadi
Berbaringlah kawan
Berbaringlah dengan tenang
Matinya seorang wartawan
Bukan matinya kebenaran
Tercatat dengan kata sakti
Menjadi benih yang murni
Duka cita terdalam
Hari ini kisahmu abadi
Berbaringlah kawan
Berbaringlah dengan tenang
Panji panji demokrasi
Apa sudah mati ?
Dewa dewa keadilan
Tinggal bayangan
Mata mata kesadaran
Di nina bobok kan
Kenapa hukum tak pernah
Menyentuh yang diatas
Pu tipu saling menipu
Kat sikat saling menyikat
Lah salah menjadi benar
Ngung bingung hidup menjadi bingung
Celaka
Menangis panji panji demokrasi
Panji panji demokrasi
Penuh luka berdarah
Jatuh menetes ke bumi
Membangunkan kesadaran
Pu tipu saling menipu
Kat sikat saling menyikat
Lah salah menjadi benar
Ngung bingung hidup semakin bingung
Celaka
Menangis panji panji demokrasi
Panji panji demokrasi sedang menangis
Panji panji demokrasi sedang mengemis
Aku ingin menurunkan bulan
Lenganku pendek
Pertolongan apa yang bisa kuharapkan ?
Aku menari menghadang angin
Mencari jala atau jaring
Asmaragama mengacaukan nafasku
Mendam birahi gua siluman
Benda jaya ingin ku singgahkan
Bertapa sampai tuntas air kehidupan
Dan sang rembulan wajah kencana
Yang penuh rahasia
Dengan tuntutan yang takkan terlaksanakan
Oh bulan oh bara asmara
Tak tersisakah kenanganmu sedikit juga ?
Gelepar ikan di peraduan
Kijang mengerang di alam mimpi
Gada perkasa dalam khayal bidadari
Oh rembulan
Oh asmaragama
Mengapa kau belah hatiku ?
Oh rembulan
Oh asmaragama
Aku tetap tegar dibelah asmara
Lepaslah
Lepaslah belenggu ragu
Yang membelit hati
Langkahlah
Melangkah dengan pasti
Menuju gerbang baru
Songsonglah
Songsonglah gelombang waktu
Berenang dengan tenang
Tangis bayi baru lahir
Memecah hari yang berat
Ibunya pasrah berdarah
Beban hidup kian bertambah
Namun harapan juga bertambah
Sang ayah tak mampu berkata
Mendengar
Mendengar suara gaduh
Hatinya terluka
Melihat
Melihat wajah murung
Air matanya berlinang
Merasa
Merasa telah tiba
Saat yang ditunggu tunggu
Dengarlah suara bening dalam hatimu
Biarlah nuranimu berbicara
Lihatlah puncak gunung menjulang tinggi
Perkasa menghadapi badai hidup
Dalang melenggang di pasar baru
Cari wayang yang mau jadi dalang
Main silat pakai sepatu
Sepatu bot buatan Jepang
E walah gunung Lawu langite wungu
Golek wahyu endasku ngelu
Kupu kupu terbang datang
Dikaki gunung Lawu
Dinaungi awan
Dalang melenggang mencari pacar baru
Wayang pusing pakai topeng berwarna belang
Rokok menyan mengebul memanggil hantu
Pohon beringin dibonsai membayar hutang
E walah bapak pucung menari nari
Bernyanyi kami akan terus bernyanyi
Kupu kupu terus datang
Dikaki gunung Lawu
Satu warna satu tujuan
Dengarlah suara bening dalam hatimu
Biarlah nuranimu berbicara
Lihatlah puncak gunung menjulang tinggi
Perkasa menghadapi badai hidup
Embun selembut wajahmu
Fajar secerah senyummu
Merdu burung bernyanyi
Merdu janji janjimu
Kau tumpahkan cintamu
Bergelora jiwa jantanku
Berjanji setubuhi indraku
Matahari seindah kasihmu
Kuberikan segalanya oh jantung hatiku
Kukorbankan kurelakan
Demi bunga matahariku
Tetapi kini semua
Hampa karena kau terbang
Sebagai angin senja
Bunga matahariku
Bunga mata hatiku
Sirnalah impian indahku
Retaklah daya cinta
Kau sirnakan lautan
Kasih sayangku ini
Kau ratakan gunung cinta
Bunga bunga hatiku
Matahariku
Halilintar getarkan jiwaku
Bergetar dibelah asmara
Kurelakan kukorbankan
Segala galanya
Aku masih tetap tegar
Diterjang badai asmara
Bunga mata hatiku
Bunga matahariku
Bunga mata hatiku
Bunga matahariku
I am jealous of the moonshine
I am jealous of the sun's rays
Oh sun the sun above
You are the soul of life
Moon full moon above
Your light in this darkening the world
In the eyes for peace and tranquility
Water of love
You are the blood that ruin through my veins
There are more and more conflicts
Even without the threat of nuclear games
Civilized economy and technology
Did not bear the green and peace movement
Let us sing
For the world of green and peace
Let us sing
For the rejuvination of the universe constitution
Let’s echo the word
Let’s start our revolution for green and peace
Let’s start our revolution for green and peace
Let’s start our revolution for green and peace
Let’s start our revolution for green and peace
Sing the song for the world of green and peace
Human civilitation
Witness how greed ruins natures harmony
The earth shaltering the atmosphere is heating up
The stars would never shine
The beginning of the millenium
Bring war criminals
Witness Bosnia, Somalia, Palestine
Watch the world crumbles plagued by terrorism
Singing together
Let’s start our revolution for green and peace
Let’s start our revolution for green and peace
Let’s start our revolution for green and peace
Let’s start our revolution for green and peace
The sun, the earth, the moon and the stars
You are the witness for the universe constitution
Constitution and democracy made by the men
Could never solve problems world conflict
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Dalam album Lagu Pemanjat ini Iwan Fals hanya menyanyikan lagu yang berjudul 'Lagu Pemanjat' sedangkan selebihnya dinyanyikan oleh Cok Rampal dan Harry Suliztiarto.
Lagu-lagu pada album Lagu Pemanjat adalah 'Lagu Pemanjat', 'Pada Batu Dalam Diam', 'Yang Mana Jalan Kesitu', 'Kudatangkan TubuhMu', 'Lagu Lama Gaungnya Rata', '8,8 mm Dalam KuasaMu', 'Iya Memang Kamu', 'Cair Lalu Mencari'.
Antara hidup dan mati
Tak kan pernah aku kembali
Niatku sudah terpatri
Antara hidup dan mati
Darah keringat di batu
Terikat tali kehidupan
Rasa takut dan ragu-ragu
Mengundang dewa kematian
Berada di ketinggian
Menjawab segala tekanan
Angin kencang sebagai godaan
Kita harus mampu bertahan
Lagu pemanjat
Bukan lagu orang sekarat
Lagu pemanjat
Lagu orang yang kuat
Lagu pemanjat
Bukan hanya sekedar kuat
Lagu pemanjat
Lagu jiwa yang liat
Dinding dingin tebing terjal
Terus melambai lambaikan tangannya
Memanggil aku untuk tetap memanjati
Kehidupan yang penuh dengan misteri
Sang jari menari
Jangan berhenti
Kupasrahkan diriku
DigenggamanMu
Sang nyali bernyanyi
Di ujung kaki
Kuikhlaskan hidupku
Ya kuikhlaskan
Ketamakan membius jalan hatiku
Ribuan tegak batu bangkitkan geram
Kurasakan betapa angkuh diriku
Dari beku cengkeramku
Getar ujung pijakku
Hampir tak ku kenali diriku
Keberanian terasa sangat menyiksa
Dasar jurang mengusik mata langkahku
Kusaksikan betapa rapuh jiwaku
Dari beku cengkeramku
Getar ujung pijakku
Hampir tak ku kenali diriku
Ya aku di puncak ini
Terikat pada batu
Hampir tak kulihat apa-apa
Kesabaran membasuh hari-hariku
Hitamnya batu hitam dasar sukmaku
Kurasakan kuasaMu dalam diam
Dari beku cengkeramku
Getar ujung pijakku
Hampir tak ku kenali diriku
Saat dipersimpangan melangkah ku terhenti
Sementara di situ jalan untuk mencari
Kenyataannya ada kadang harus berbeda
Agar sampai disana aku harus mengalami
Sementara yang kurasa
Persoalan ada memang terjadi
Suara kecil disini mengajak ku mencari
Detak waktu memacu tak pernah mau berhenti
Mengiringi langkahku membawaku bernyanyi
Nyanyian keraguan kadang memang terjadi
Kenyataannya ada tak semerdu disini
Detak waktu berlalu tak lelah mau berhenti
Diiringi napasku yang melangkah mencari
Sementara yang kurasa
Persoalan ada memang terjaga
Nyanyian persoalan memang harus terjaga
Nyanyian keraguan kadang memang terjadi
Langkahku semakin karam
Diantara basah humus
Arungi belukar paya
Belantara surutkan hatiku
Hari demi hariku
Sibakkan jalan
Kuterjang kegelapan
Turuti berkas sinar
Temukan wajahMu
Terjerat sudah tubuhku
Diantara duri rotan
Turuni jeram berkabut
Kerinduan merampas pikiranku
Aku harus jalani
Paruh lakon ini
Ditengah bias angan
Dan kenyataan hidup
Kugenggam parangku
Di sini
Di belantara
Di lingkar garis bumi
Kudatangkan tubuhmu
Lewat bara api unggun
Dari arah mana aku menyapa
Terhalang bukit dinding berbatu
Irama lama membawa berita
Ceritanya tak semerdu dulu
Tetabuhan gendangmu bertalu
Merayapi tebing gaungnya bergema
Menangkap keluhmu kisahnya rindu
Dendangmu biru rindukan kerja
Berbondong-bondong awan berarak
Mengusik langitku rautnya kelabu
Orang berarak tebarkan berita
Mengajak sadar ku mencari tahu
Lagunya bukan lagu yang baru
Nyanyiannya masih yang dulu
Lagunya bukan lagu yang baru
Cerita lama rindu kerja memang telah sampai di hulu
Nyanyian rindumu nyanyian duka
Semakin merdu makin menyiksa
Merantau tak mereka duga
Menyeberang tak mereka suka
Menganggur tak mereka pinta
Suara biru gaungnya rata
Nyanyian rindumu nyanyian duka
Semakin merdu makin menyiksa
Lagunya bukan lagu yang baru
Nyanyiannya masih yang dulu
Lagunya bukan lagu yang baru
Cerita lama rindu kerja memang telah sampai di hulu
Irama lamaku bawa berita
Ceritanya tak semerdu dulu
Menangkap keluhmu kisahnya rindu
Dendangmu biru rindukan kerja
Lagunya bukan lagu yang baru
Nyanyianmu masih yang dulu
Lagunya bukan lagu yang baru
Cerita lama rindu kerja memang merata
Lagunya bukan lagu yang baru
Nyanyianmu masih yang dulu
Lagunya bukan lagu yang baru
Nyanyian cinta rindu kerja kini sudah sampai di hulu
Usai sudah kata kataku
Sendiri terkunci disini
Menatap belukar karang terjal
Arang semua mimpiku
Coba singkirkan gamang hati
Menjadi belati sendiri
Menembus dinding kelam langit hitam
Bersama geram di nadiku
Tanah oh tanah tanahku
Beri baja ragaku
Kan ku terjang semua yang menghadang
Ke batas takdir yang kupunya
Koyak sudah semua yang ada
Terkoyak ke dasar sukmaku
Sendiri tergantung di gelap malam
Berakhirkah ku disini ?
Sirna kini kesombonganku
Terhempas berkali dan luka
Diterkam beku digerus badai
Tawarkan ku tuk menyerah
Api oh api apiku
Beri bara darahku
Kan kuterjang semua yang menghadang
Ke batas takdir yang kupunya
Tuhan oh Tuhan Tuhanku
Beri mata hatiku
Tetap kusadarkan Kau pelindung diriku
PadaMu ku berserah diri
Bukan lagi cermin
Bedak gincupun tak perlu
Kamu memang masih kamu
Dari dulu memang itu kamu
Waktu jiwamu lelah
Tanganku tak mampu tengadah
Seberang bumi sana
Keluh semakin membara
Beri ramahmu
Sementara tempatku teduh disini
Bukakan aku pintu
Agar bisa memuji dirimu
Cerita tentang merdeka
Lewat mantera sang pujangga
Kamu memang masih kamu
Dari dulu masih tetap kamu
Kata hati bertanya
Masih tegarkah jiwamu ?
Kini kunyanyikan rasa
Lewat suasana yang ada
Kamu memang tetap kamu
Kamu dari dulu kamu
Kamu memang masih kamu
Dari dulu kamu tetap kamu
Tinggi semakin tinggi akal memang untuk mencari
Lewat akalku aku mencari
Sampai batas mana apa yang selalu dicari
Hidup tak terasa memang mencari
Pada saat lelah bersandar rasa terjadi
Melangkah mencari lelahku terjadi
Aku tak mampu berbuat lebih hari ini
Lewat lelah aku coba mampu menikmati
Sewaktu akan berharap kadang bagai janji
Harapan menjadi rela apapun terjadi
Menanti saat yang ada segera akan kembali
Melangkah mencari lelahku terjadi
Aku tak mampu berbuat lebih hari ini
Saat lelahku datang aku tak mampu mencari
Memang tak perlu menolak saat yang terjadi
Lewat lelah aku coba mampu menikmati
Bagai titik air bumiku pasti kembali
Air mengalir kembali mencari
Lewati lelah terjadi
Kembali pergi mencari
Mengalir air dibumi
Mencair lalu mencari
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Album Orang Pinggiran juga mendapat respon positif di dunia musik Indonesia. Angka penjualannya termasuk tidak mengecewakan. Lagu yang berjudul 'Orang Pinggiran' sekaligus menjadi hits dalam album ini mengingatkan kita bahwa ada sebagian tertentu dari masyarakat yang kepentingannya sewaktu-waktu acap atau potensial dikesampingkan atau tersisihkan bahkan dikorbankan, yang mana sering menjadi gambaran kehidupan dan keadaan para "orang-orang pinggiran", baik dari pengusaha maupun pemerintah.
Lagu-lagu pada album Orang Pinggiran adalah 'Orang Pinggiran', dll (maaf referensinya kurang).
Orang pinggiran
Ada di trotoar
Ada di bis kota
Ada di pabrik pabrik
Orang pinggiran
Di terik mentari
Di jalan becek
Menyanyi dan menari
Lagunya nyanyian hati
Tarinya tarian jiwa
Seperti tangis bayi dimalam hari
Sepinya waktu kala sendiri
Sambil berbaring meraih mimpi
Menatap langit langit tak perduli
Sebab esok pagi kembali
Orang pinggiran
Didalam lingkaran
Berputar putar
Kembali kepinggiran
Lagunya nyanyian hati
Tarinya tarian jiwa
Seperti tangis bayi dimalam hari
Sepinya waktu kala sendiri
Sambil berbaring meraih mimpi
Menatap langit langit tak perduli
Sebab esok pagi kembali
Orang pinggiran
Bukan pemalas
Orang pinggiran
Pekerja keras
Orang pinggiran
Tidak mengeluh
Orang pinggiran
Terus melenguh
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Penjualan album Mata Hati ini bisa dikatakan tidak sebagus seperti pada album single-single yang lain, mungkin dikarenakan hanya ada satu lagu baru yaitu lagu yang berjudul 'Mata Hati' yang sekaligus menjadi hits dalam album ini dan lagu Iwan fals hanya ada sedikit, sisanya lagu milik penyanyi lain. Mungkin hal itulah yang menyebabkan kurangnya respon dipasaran, sehingga album ini tidak terlalu laku.
Lagu-lagu pada album Mata Hati adalah 'Mata Hati', dll (maaf referensinya kurang).
Dalam ku sendiri
Coba mengerti
Perjalanan ini
Tak terasa disini
Aku disampingmu
Begitu pasti
Yang tak kumengerti
Masih saja terasa sepi
Matahari yang berangkat pulang
Tinggal jingga tersisa di jiwa
Bintang bintang menyimpan kenangan
Kita diam tak bisa bicara
Hanya mata
Hanya hati
Hanya kamu
Hanya aku
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Seperti yang telah diketahui bahwa single yang berjudul 'Kemesraan' menjadi booming setelah dinyanyikan Iwan Fals bersama artis-artis Musica, walaupun sebenarnya lagu ini sudah pernah dibawakan oleh Franky S dan Jane juga oleh Iwan Fals bersama Rossana istrinya dan Galang Rambu Anarki (Alm) anaknya tetapi kurang mendapatkan respon pasar. Iwan Fals merasa mempunyai hutang budi sehingga dalam album Terminal ini membuat lagu yang sekaligus menjadi hits andalan dengan judul 'Terminal' untuk dinyanyikan bersama Franky S dan musiknya dikerjakan oleh Ian Antono.
Lagu-lagu pada album Terminal adalah 'Terminal', dll (maaf referensinya kurang).
Hangatnya matahari membakar tapak kaki
Siang itu di sebuah terminal yang tak rapih
Wajah pejalan kaki kusut mengutuk hari
Jari-jari kekar kondektur genit goda kaki
Dari sebuah warung sebuah WC umum
Irama melayu terdengar akrab mengalun
Iringi.. deru mesin-mesin
Iringi.. tangis yang kemarin
Bocah kurus tak berbaju yang tak kenal bapaknya
Tajam matamu liar mencari mangsa
Ramai para pedagang datang tawarkan barang
Ratap pengemis bak meriam dalam perang
Iringi.. deru mesin-mesin
Iringi.. tangis yang kemarin
Aku datangi kamu lewat lagu
Ku datangi kamu langitku masih biru
Nyanyian duka, tarian suka
Tarian duka, tarian suka
Apakah ada bedanya
Bocah kurus tak berbaju yang tak kenal bapaknya
Tajam matamu liar mencari mangsa
Ramai para pedagang datang tawarkan barang
Ratap pengemis bak meriam dalam perang
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Karya-karya Sawung Jabo, selalu terfocus pada proses pengerjaan yang serius sehingga hasilnya sebuah karya berbobot, walaupun dilihat hasilnya secara komersial tidak penting, dalam artian album-album yang melibatkan Sawung Jabo, tak seluruhnya berhasil secara komersial tetapi jangan ditanya soal bobot tidak perlu diragukan.
Lagu-lagu yang terdapat pada album Anak Wayang adalah 'Lingkaran Aku Cinta Padamu', 'Dihatimu Aku Berlindung', 'Anak Wayang', 'Nasib Nyamuk', 'Jogja', serta 'Telaga Dan Bencana'.
Kini kami berkumpul
Esok kami berpencar
Berbicara tentang kehidupan
Berbicara tentang kebudayaan
Berbicara tentang ombak lautan
Berbicara tentang bintang di langit
Kami berbicara tentang Tuhan
Berbicara tentang kesejatian
Tentang apa saja
Malam boleh berlalu
Gelap boleh menghadang
Disini kami tetap berdiri
Disini kami tetap berpikir
Disini kami tetap berjaga
Disini kami tetap waspada
Disini kami membuka mata
Disini kami selalu mencari
Kesejatian diri
Alang alang bergerak
Mata kami berputar
Seperti elang kami melayang
Seperti air kami mengalir
Seperti mentari kami berputar
Seperti gunung kami merenung
Di lingkaran kami berpandangan
Di lingkaran kami mengucapkan
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Aku cinta padamu
Ketika matahari membakar lautan
Ketika matahari membakar dunia
Ketika matahari membakar diri sendiri
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Ketika badai menghempaskan diriku
Ketika badai menutupi langkahku
Ketika badai mengguncang guncang hidupku
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Ketika bumi ini tak berputar lagi
Ketika malaikat tak berdoa lagi
Ketika aku tak bisa bernyanyi lagi
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Ketika matahari membakar diri sendiri
Ketika matahari membakar diri sendiri
Dihatimu aku berlindung
Dihatimu aku berlindung
Ketika aku tak bisa bernyanyi lagi
Ketika malaikat tak berdoa lagi
Mengembara memahami makna cinta
Mengurai kata di lautan jiwa
Dihadapanmu aku tak bisa berdusta
Mencintaimu adalah mencintai hidup
Anak wayang di ambang gamang
Berlayar di samudera telanjang
Membawa api menjelajahi cakrawala
Dimana air mata bukan lagi duka
Merindukanmu disaat hilang arah
Memelukmu lalu meninggalkanmu
Aku sudah basah aku pasrah
Mencintaimu adalah mencintai hidup
Aku bukan sedang berduka
Aku sedang menghadapi cinta
Aku sedang menghadapi prahara
Dimana air mata bukan lagi duka
Aku bukan seperti nyamuk
Yang menghisap darahmu
Aku manusia yang berbuat
Sesuai aturan dan keinginan
Kadang kadang aku melanggar
Kadang kadang aku seperti nyamuk
Tetapi aku bukan nyamuk
Aku punya akal budi nyamuk tidak
Nyamuk nyamuk berputar putar
Di atas kepalaku
Suaranya berdengung mendengung
Seperti suara ribuan helikopter
Seperti suara mesin perang
Yang membantai Vietnam
Yang membantai timur tengah
Yang mengganyang Timor Timur
Yang membantai Kamboja
Yang membantai Bosnia
Mula mula
Aku bisa mengerti
Lama lama
Aku ingin nyamuk nyamuk yang mengerti
Mataku terganggu
Hidungku terganggu
Tangan dan kakiku terganggu
Kemaluanku terganggu
Kehidupanku terganggu
Jasmani dan rohaniku terganggu
Kehidupanku terganggu
Jasmani dan rohaniku terganggu
Aku jalan sendiri
Dijalan yang sering aku lewati dulu
Aku masih melihat
Wajah wajah yang aku kenal dahulu
Dikota ini
Dikota ini
Aku bangun kembali
Setelah tidur yang panjang tanpa pernah kusadari
Ingin menyanyi
Untuk apa saja yang pernah terjadi dikota ini
Dikota ini
Dikota ini
Kupanggil Jogjakarta
Malam semakin sunyi
Jalan semakin sepi
Malam semakin dingin
Oh dikota ini masih ada jejakku
Malam semakin sunyi
Jalan semakin sepi
Malam semakin dingin
Oh dikota ini masih ada jejakku
Na na na na na na na
Na na na na na na na
Oh dikota ini masih ada jejakku
Aku sering menyesali
Sebab tak mampu memahami
Sulit membaca isyaratmu
Kata katamu penuh arti
Lidahku bagai api
Menghanguskan harapanmu
Ada air jernih mengalir
Dari dua matamu
Mengalirlah air hidup
Bawa aku ke samudera
Dihatimu ada telaga
Didiriku mengalir bencana
Pertengkaran demi pertengkaran
Ketegangan demi ketegangan
Penyesalan demi penyesalan
Menyimpan prahara
Mana mungkin aku bisa
Memberimu ketenangan
Aku masih mencari
Lembah ketenangan jiwa
Mengalirlah air hidup
Bawa aku ke samudera
Dihatimu ada telaga
Didiriku mengalir bencana
Pertengkaran demi pertengkaran
Ketegangan demi ketegangan
Penyesalan demi penyesalan
Menyimpan prahara
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Sayang penjualan album Orang Gila ini juga tidak terlalu laku seperti pada album Dalbo sebelumnya.
Lagu-lagu pada album Orang Gila adalah 'Orang Gila', 'Awang-Awang', 'Satu Satu', 'Lagu Cinta', 'Doa Dalam Sunyi', 'Lingkaran Hening', 'Puisi Gelap', dan 'Menunggu Ditimbang Malah Muntah'.
Waktu pulang
Malam malam
Sendiri
Sendiri
Orang gila di lampu penyeberangan
Jam dua malam
Lewat pada saat lampu sedang merah
Tepat ditengah tengah zebra cross
Irama langkahnya tidak berubah
Seperti lagu lama
Yang aku dengar menuju pulang
Sendirian
Orang gila di lampu penyeberangan
Rambutnya gimbal
Kumis dan jenggotnya jarang jarang
Membawa gembolan
Entah gombalan
Atau makanan
Melangkah terus lurus kedepan
Melangkah terus lurus kedepan
Orang gila di lampu penyeberangan
Apa kabar?
Siapa yang menyapa kamu diam
Tersenyum tidak menangis tidak
Kamu sapa siapa saja
Selamat malam
Selamat malam
Orang gila di lampu penyeberangan
Orang gila di lampu penyeberangan
Melangkah terus lurus kedepan
Melangkah terus lurus kedepan
Kamu sapa siapa saja
Selamat malam
Selamat malam
Jika kata tak lagi bermakna
Lebih baik diam saja
Jika langkah tak lagi bermata
Langkah buta terjang saja
Melayang terbang melayang
Melayang di awang-awang
Melayang terbang melayang
Di atas samudera terbentang
Berlari aku berlari
Menembus hari
Berlari aku berlari
Menembus hari
Bagaimana bisa berhenti ?
Sedang kita belum melangkah
Bagaimana bisa kembali ?
Sedang kita tak tahu sampai dimana
Berlari aku berlari
Menembus hari
Berlari aku berlari
Menembus hari
Bagaimana bisa mengerti ?
Sedang kita belum berpikir
Bagaimana bisa dianggap diam ?
Sedang kita belum bicara
Melayang terbang melayang
Melayang melayang
Melayang melayang
Bagaimana bisa mengerti ?
Sedang kita belum berpikir
Bagaimana bisa dianggap diam ?
Sedang kita belum bicara
Melayang terbang melayang
Melayang di awang-awang
Melayang terbang melayang
Di atas samudera terbentang
Satu satu daun berguguran
Jatuh ke bumi dimakan usia
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa
Redalah reda
Satu satu tunas muda bersemi
Mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa
Redalah reda
Waktu terus bergulir
Semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran
Tunas tunas muda bersemi
Satu satu daun jatuh kebumi
Satu satu tunas muda bersemi
Tak guna menangis tak guna tertawa
Redalah reda
Waktu terus bergulir
Kita akan pergi dan ditinggal pergi
Redalah tangis redalah tawa
Tunas tunas muda bersemi
Waktu terus bergulir
Semuanya mesti terjadi
Daun daun berguguran
Tunas tunas muda bersemi
Aku tak tahu harus mulai dari mana?
Aku tak tahu harus menulis apa?
Ditanganku duka
Ditanganku suka
Lagu cinta ingin kunyanyikan
Namun lidahku kaku hatiku beku
Aku rindu
Aku tak tahu
Lagu cinta dimana kamu?
Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
Dari mana kamu datang?
Aku tak mendengar langkahmu
Lagu cinta
Pelan pelan bangunkan aku
Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
( Mencari apa yang dicari )
Mencari apa yang dicari
Menunggu apa yang ditunggu
Aku merasa dikejar waktu
Angin datang dari mana ?
Merayapi lembah gunung
Ada luka dalam duka
Dilempar kedalam kawah
Memanjat tebing tebing sunyi
Memasuki pintu misteri
Menggores batu batu
Dengan kata sederhana
Dengan doa sederhana
Merenung seperti gunung
Mengurai hidup dari langit
Jejak jejak yang tertinggal
Menyimpan rahasia hidup
Selamat jalan saudaraku
Pergilah bersama nasibmu
Pertemuan dan perpisahan
Dimana awal akhirnya ?
Dimana bedanya ?
Dimana bedanya ?
Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi
Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi
Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi
Doa doa terdengar dalam sunyi
Doa doa terdengar dalam sepi
Di lingkaran keheningan
Tak ada lagi batasan waktu
Nyala api dalam hening
Menyentuh dinding jiwa yang luka
Satu satu wajah datang
Satu persatu menghilang lagi
Batas langit batas hidup
Kita melayang tak tentu arah
Sayap sayap jiwa yang terluka
Darah menetes basahi senja
Untuk apa mengasingkan diri ?
Lingkaran hening
Telah tumbuh pohon baru
Diatas tanah yang pernah kering
Air hujan air hidup
Mengalir dari jiwa yang hening
Bayang bayang tarian jiwaku
Memenuhi ruangan dunia
Pintu langit makin terbuka
Lingkaran hening
Lingkaran hening
Jiwa yang hening
Lingkaran hening
Lingkaran hening
Jiwa yang hening
Lingkaran hening
Langit gelap
Jutaan gagak hitam memenuhi langit
Datang dari goa goa yang gelap dan lembab
Dari padang yang kering tandus
Merentang sayap berputar putar mengerikan
Suaranya melengking menyayat
Amarah yang terpendam amarah tertahan
Gentayangan bagai mayat bangun dari kuburan
Karena mereka pun tak mau menerima
Gerhana matahari gerhana hidup
Mereka menutupi cahaya matahari
Memakan bangkai dari apa saja yang tersisa
Hinggap diatas tanah diatap rumah
Di dahan dahan pohon yang mati kering
Mengintai mangsa
Menanti bangkai temannya sendiri yang mati kelaparan
Bau bangkai menyengat dimana mana
Saling menerkam diantara mereka sendiri
Sekedar bertahan dari kematian yang segera datang menjemput
Tak ada cahaya matahari
Tak ada cahaya kehidupan
Tak ada apa apa
Hanya ada ketegangan dan keganasan
Ketegangan yang mengandung bencana
Gagak gagak terus berputar semakin banyak
Marah pada apa ?
Marah pada siapa ?
Marah pada marah yang tak terlampiaskan
Sampai pada saatnya nanti
Mereka jatuh terkapar dan mati
Tapi dimana cahaya kehidupan ?
Tak ada yang tahu
Hanya ada jutaan bangkai gagak
Berserakan berbau amis dan busuk
Ah
Bau busuk kehidupan
Menyusup menebar ke sudut sudut kota
Dan kita menghisapnya
Menunggu Ditimbang Malah Muntah
Aku bernyanyi di dalam kamar mandi
Seorang diri
Disamping wastafel di samping kaca
Sambil menghisap kejenuhan
Majalah mingguan tergeletak
Di keranjang cucian
Gambar dua orang menteri
Sedang jabat tangan sambil tersenyum
Di atas kakus aku terus menulis
Menulis lagu lagu seimbang
Timbang menimbang ditimbang timbang
Timbang menimbang dibuang sayang
Yang paling besar pulang sekolah
Si bapak asyik sendiri
Suara mesin buyarkan maksud
Maksud siapa aku tak tahu
Adzan terdengar gemericik hujan
Mencari teman orang tertawa
Tunggu menunggu ditunggu tunggu
Tunggu menunggu dibuang sayang
Pelan pelan sayang
Kalau mulai bosan
Jangan marah marah
Nanti cepat mati
Santai sajalah
Pelan pelan sayang
Kalau mulai bosan
Jangan marah marah
Nanti cepat mati
Santai sajalah
Seekor nyamuk terbang diatas majalah
Kadang hinggap lalu terbang lagi
Mengitari wajah politikus
Yang entah tersenyum atau sakit gigi
Lampu empat puluh watt
Bertopi pendekar Cina
Tetap saja merendah tidak berubah
Kartu nama seorang teman terlindas asbak
Yos tidur
Galang Cikal tidur
Hari ini ada berita
Polisi mati
Hari ini ada berita
Pembantu dibantai majikannya
Hari ini ada berita
Anak anak membunuh orang tuanya
Hari ini ada berita
Orang tua memperkosa anak anaknya
Hari ini ada berita
Guru guru banyak yang sakit jiwa
Hari ini ada berita
Orang orang kaya takut bangkrut
Hari ini ada berita
Mahasiswa protes
Merah putih cemang cemong
Mau insaf susah
Desa sudah menjadi kota
Burung hantu liar berbunyi terus
Yos bangun
Galang Cikal tidur
Yos tidur lagi
Jangkrik tidak berhenti
Belalang masih bernyanyi
Detik jam belum berhenti
Suara mobil sewenang wenang
Suara pabrik sama saja
Yos tidur
Galang Cikal tidur
Pelan pelan sayang
Kalau mulai bosan
Jangan marah marah
Nanti cepat mati
Santai sajalah
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Hampir semua lagu dalam album Dalbo ini ditulis oleh Sawung Jabo, tapi tidak untuk lagu yang berjudul 'Dalbo' dan lagu yang berjudul 'Hura Hura Hura Hura' ditulis bersama Iwan Fals. Walaupun dalam album Dalbo ini musiknya sangat sederhana, namun sangat berbobot. Sayang penjualan album ini tidak terlalu laku.
Lagu-lagu pada album Dalbo adalah 'Hura-Hura Huru Hara', 'Kwek Kwek Kwek', 'Ini Si Trendy', 'Sudrun', 'Dunia Binatang', 'Hua Ha Ha', 'Karena Kau Bunda Kami', 'Aku Bosan', 'Bidadari Senjakala', 'Dalbo'.
Apa jadinya jika mulut dilarang bicara ?
Apa jadinya jika mata dilarang melihat ?
Apa jadinya jika telinga dilarang mendengar ?
Jadilah robot tanpa nyawa
Yang hanya mengabdi pada perintah
Apa jadinya jika saran berubah menjadi ancaman ?
Apa jadinya jika lintah darat makin menghisap rakyat ?
Apa jadinya jika keserakahan makin semena-mena ?
Jadilah kepincangan keadilan
Yang hanya melahirkan dendam
Hura-hura huru-hara
Lingkaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara
Gelombang mara bahaya makin terasa
Apa jadinya jika petani tak lagi punya sawah ?
Apa jadinya jika cukong-cukong menguasai tanah ?
Apa jadinya jika hukum sekedar bendera-bendera pajangan ?
Jadilah penghisapan sesama manusia
Yang hanya melahirkan drakula-drakula
Hura-hura huru-hara
Lingkaran setan semakin seram bentuknya
Hura-hura huru-hara
Gelombang mara bahaya makin terasa
Kawan apa kabarmu ?
Kawan kemana kamu ?
Kawan apa kabarmu ?
Kawan dimana kamu ?
Bingung bingung dia bingung
Kawanku bingung
Pusing pusing dia pusing
Kawanku pusing
Minggat minggat dia minggat
Kawanku minggat
Ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
Pacar apa kabarmu ?
Pacar kenapa kamu ?
Pacar apa kabarmu ?
Pacar apa maumu ?
Senyum senyum tersenyum
Pacarku tersenyum
Manja manja sangat manja
Pacarku manja
Kwek kwek kwek kwek cerewet
Pacarku cerewet
Ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
Tuan apa kabarmu ?
Tuan siapa kamu ?
Tuan apa kabarmu ?
Tuan mana janjimu ?
Tah tah tah tah merintah
Senang merintah
Cat cat cat cat memecat
Senang memecat
Si si si si korupsi
Senang korupsi
Ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
Kwek kwek
Kwek kwek kwek
Kwek kwek
Kwek kwek kwek kwek
Ini si trendy menari memuja diri
Ini si trendy bergaya pasang aksi
Hidupnya penuh basa basi
Ingin dianggap paling seksi
Tiap hari maunya dipuji
Hidup diperbudak gengsi
Ini si trendy menari gaya babi ngepet
Ini si trendy menyanyi karaoke
Suaranya mirip bebek
Matanya merem melek
Yang penting bisa di potret
Ngetren
Trendy trendy trendy trendy trendy trendy trendy
Trendy trendy trendy trendy trendy trendy trendy
Enggak ikut ikut gengsi
Kuno kuno kuno kuno
Enggak ikut ikut gengsi
Kuno kuno kuno kuno
Enggak ikut ikut gengsi
Kuno kuno kuno kuno
Enggak ikut ikut gengsi
Kuno kuno kuno kuno
Ini si trendy masih menari dan menyanyi
Ini si trendy genitnya semakin jadi
Orang orang dianggap tuli
Moderenisasi salah kaprah
Lantas menjadi latah
Ngetren
Trendy trendy trendy trendy trendy trendy trendy
Trendy trendy trendy trendy trendy trendy trendy
Angin panas otak panas
Orang waras jadi ganas
Hawa gerah hidup susah
Ngomongnya ngaco dianggap gila
Rumah kontrakan belum terbayar
Uang habis hutang numpuk
Pemasukan belum jelas
Pengeluaran sudah jelas
Oooh
Apakah ini ?
Siapa yang tahu ?
Tak ada yang tahu
Sering kali kita terpaksa berfikir
Melihat orang yang menjadi gila
Sebab tak sanggup lagi menanggung
Beban hidup yang semakin berat
Nasib baik belum datang
Angin surga sering datang
Kepala pusing kepanasan
Mau menangis tidak bisa
Ya ya ya ya
Mau makan tak punya uang
Ya ya ya ya
Mau tidur tak punya kasur
Ya ya ya ya
Jawablah jangan diam saja
Kenapa orang susah makin susah saja ?
Ya ya ya ya
Diamlah jangan ngoceh saja
Mereka sudah bosan tutup mulut saja
Ada macan mencakar macan
Ular menggigit ular
Ada gajah membunuh gajah
Kita yang terinjak ya ho ho
Mata liar dimana mana
Mencari mangsa yang lemah
Tangan tangan yang penuh darah
Menindas sambil tertawa
Ada maling teriak maling
Ada musang berbulu domba
Monopoli menjadi jadi
Tangan besi merajalela
Hua ha ha ha ha
Hua ha ha ha ha
Hua ha ha ha ha ha ha ha ha
Hua ha ha
Hua ha ha ha ha
Hua ha ha ha ha
Hua ha ha ha ha ha ha ha ha
Bukalah mulut kamu
Lantangkan saja suaramu
Bebaskan jiwa kamu
Tidak apa-apa dianggap gila
Dari pada tak bisa
Tertawa itu sehat
Menipu itu jahat
Tertawa itu sehat
Menipu itu jahat
Hua ha ha ha ha
Hua ha ha ha ha
Hua ha ha ha ha ha ha ha ha
Kami berdiri disini
Mencoba menjaga hidupmu
Bukan hanya sekedar mencintai
Bukan sekedar melindungi
Karena kau bunda kami
Kami minum air susumu
Dihidupi tanahmu
Dimandikan oleh airmu
Kami berdoa
Karena kau bunda kami
Lihatlah fajar pagi telah menyingsing
Dengarkan doa kami
Karena kau bunda kami
Biar keadilan sulit terpenuhi
Biar kedamaian sulit terpenuhi
Kami berdiri menjaga dirimu
Biar keadilan sulit terpenuhi
Biar kedamaian sulit terpenuhi
Kami berdiri menjaga dirimu
Karena kau bunda kami
Papiku belum pulang
Mamiku belum pulang
Kakakku belum pulang
Katanya cari uang
Hanya ada pembantu
Mengurusi hidupku
Hanya ada televisi
Menemani hariku
Aku bosan
Aku bosan
Aku bosan Bosan bosan bosan bosan
Aku bosan
Aku bosan
Aku bosan Bosan bosan bosan bosan
Ketika papi pulang
Mukanya sangat tegang
Ketika mami pulang
Menyapa halo sayang
Ketika kakak pulang
Jalannya sudah goyang
Katanya cari uang
Katanya cari uang
Aku bosan
Aku bosan
Aku bosan Bosan bosan bosan bosan
Aku bosan
Aku bosan
Aku bosan Bosan bosan bosan bosan
Wajah langit senja hari
Ada kelelawar melayang
Laut yang bergolak didepanku
Wajah itu datang lagi
Mendatangiku memanggilku
Wajah yang berduka
Aku memelukmu mencium keningmu
Tatap matamu membara membakar hidupku
Suaramu bergairah menenangkanku
Membara membara
Pandanganmu membara
Tubuhmu yang hangat
Menghangatkan tubuhku
Lagu ini untukmu
Mimpi ini untukmu
Duka datang dan pergi
Datangnya silih berganti
Sering aku tak mampu bicara
Terdiam seperti patung bernyawa
Sering aku tak mampu menjawab
Tak tahu harus bagaimana
Bidadari senjakala
Menari untukku untukku
Masih ada cahaya di wajahmu
Di wajahmu
Nyanyian di senja hari membuatku rindu
Jangan berhenti memandang jangan berpaling
Jangan berhenti mencintai jangan berhenti
Aku tahu apa artinya senyum dibibirmu
Sejak dilahirkan aku tak tahu siapa orang tuaku
Aku berpindah dari satu kasih sayang
Ke satu kasih sayang yang lain
Aku hisap air susu
Dari tetek banyak ibu
Merpati terbang melintasi
Membawa ku pergi ke masa lalu
Merpati terbang melintasi
Membawa ku pergi ke masa lalu
Aku tak pernah bertanya siapa orang tuaku
Walau memang merasakan
Ada sesuatu yang hilang
Sesuatu yang hilang
Merpati terbang melintasi
Membawa ku pergi ke masa lalu
Merpati terbang melintasi
Membawa ku pergi ke masa lalu
Aku bukan anak haram
Aku Dalbo anak alam
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Album Hijau memang sangat berbeda bila dibandingkan dengan album-album Iwan Fals sebelumnya yang masih memikirkan sisi komersial. Berisi 7 lagu yang masing-masing berjudul 'Lagu Satu' sampai 'Lagu Enam' plus lagu berjudul 'Hijau'. Meskipun sempat "kisruh" pada proses pembuatan album ini, bahkan konon Iwan Fals sempat membakar master album ini lantaran ada dua label (Harpa & ProSound) yang rebutan untuk merilis album ini, akhirnya album Hijau dirilis juga oleh ProSound dengan nilai 360 juta rupiah!!! Sayangnya, album ini tidak berhasil secara komersial, mungkin karena beda dan melawan arus.
Bagi sebagian orang yang mendengar musik ini mungkin mengatakan aneh, tapi inilah seni yang tidak bisa diukur dari sudut pandang manapun. Sekarang ini album Hijau menjadi buruan para fans Iwan Fals juga kolektor musik, karena mulai jarang ada di pasaran.
Lagu-lagu pada album Hijau adalah 'Lagu Satu', 'Lagu Dua', 'Lagu Tiga', 'Lagu Empat', 'Lagu Lima', 'Lagu Enam', 'Hijau'.
Jalani hidup
Tenang tenang tenanglah seperti karang
Sebab persoalan bagai gelombang
Tenanglang tenang tenanglah sayang
Tek pernah malas
Persoalan yang datang hantam kita
Dan kita tak mungkin untuk menghindar
Semuanya sudah suratan
Oh matahari
Masih setia
Menyinari rumah kita
Tak kan berhenti
Tak kan berhenti
Menghangati hati kita
Sampai tanah ini inginkan kita kembali
Sampai kejenuhan mampu merobek robek hati ini
Sebentar saja
Aku pergi meninggalkan
Membelah langit punguti bintang
Untuk kita jadikan hiasan
Tenang tenang tenanglah sayang
Semuanya sudah suratan
Tenang tenang seperti karang
Bintang bintang jadikan hiasan
Berlomba kita dengan sang waktu
Jenuhkah kita jawab sang waktu
Bangkitlah kita tunggu sang waktu
Tenanglah kita menjawab waktu
Seperti karang
Tenanglah
Seperti karang
Tenanglah
Jakarta sudah habis
Musim kemarau api
Musim penghujan banjir
Jakarta tidak bersahabat
Api dan airnya bencana
Entah karena kebodohan kecerobohan
Atau keserakahan
Jakarta sudah habis
Diatasnya berdiri bangunan bangunan industri
Disekitar bangunan bangunan itu
Bangunin bangunin memproduksi belatung
Jakarta sudah habis
Warna tanahnya merah kecoklat coklatan
Mirip dengan darah
Mirip dengan api
Mirip dengan air mata
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Jakarta sudah habis
Dijalan jalan marah ( Dijalan )
Dijalan marah marah
Dirumah rumah marah ( Dirumah )
Dirumah marah marah
Apa enaknya ?
Jakarta sudah habis
Empat puluh persen rakyatnya
Beli air dari PAM
Sisanya gali sendiri
Persoalannya gali pakai apa ?
Tentu saja gali pakai duit
Duitnya terbuat dari air mata asli
Jakarta sudah habis
Sebentar lagi kita akan menjual
Air mata kita sendiri
Karena air mata kita
Adalah air kehidupan
Jakarta sudah habis
Tetapi Indonesia bukan hanya Jakarta
Jakarta
Jakarta
Cuma enak buat cari duit
Nah kalau duit sudah punya
Hijrah saja
Hijrah saja
Hijrah saja
Hijrah saja
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Tanah Jakarta sedang gelisah
Jangan lagi dibuat marah
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Hijrah saja
Jakarta sudah habis
Musim kemarau api
Musim penghujan banjir
Jakarta tidak bersahabat
Api dan airnya bencana
Entah karena kebodohan kecerobohan
Atau keserakahan
Jakarta sudah habis
Jakarta sudah habis
Aku tunggu kamu di tempat ini
Di puncak bukit yang sepi dan dingin
Aku percaya kamu pasti sampai
Rasa dan akal sehatku mengatakan itu
Saudaraku
Singkatnya hari yang kita punya
Begitu banyak memberi makna
Sudah saatnya aku kembali
Sudah waktunya kamu mulai
Saudaraku
Disini
Aku sendiri
Datanglah
Bukit yang sepi
Bukit yang dingin
Tak kan membuatmu tersiksa
Saudaraku
Aku percaya
Kita harus mulai bekerja
Persoalan begitu menantang
Satu niat satulah darah kita
Kamu adalah kamu
Aku adalah aku
Kita harus mulai bekerja
Persoalan begitu menantang
Satu niat satulah darah kita
Kamu adalah kamu
Aku adalah aku
Kenapa banyak orang ingin menang ?
Apakah itu hasil akhir kehidupan ?
Kenapa kekalahan menjadi aib ?
Apakah itu kesalahan manusia ?
Demi kemenangan rela membunuh
Demi kemenangan rela memperkosa
Apa saja akan kamu tempuh
Agar kemenangan dapat diraihnya
Kenapa kebenaran tak lagi dicari ?
Sudah tak pentingkah bagi manusia ?
Apakah kebenaran tinggal kata kata ?
Dari bibir pemenang pemenang semu
Aku menjadi lelah dan sangsi
Terhadap kemenangan kemenangan itu
Biarlah aku kalah asal tak memperkosa
Biar saja aku tak menang
Asalkan tak menginjak nuraninya
Aku tidak ingin menang
Aku hanya ingin benar
Walau harus menggali sukma bumi
Merenangi gelombang samudera
Aku tidak ingin menang
Aku hanya ingin benar
Walau harus menggali sukma bumi
Merenangi gelombang samudera
Anjing hitam kepala dan kakinya kuning
Sendiri tertidur
Luka luka di punggungnya
Melebam menunggu lalat
Anjing hitam kepala dan kakinya kuning
Kawini ibunya dan beranak lagi
Seperti sebagian manusia
Seperti sebagian manusia
Anjing hitam anaknya hitam
Menunggu seperti kita
Lukanya yang melebam
Memberi kesaksian bagi kehidupan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Kaki depan kanannya pincang
Ditabrak tank ketika latihan didepan
Anjingku menggonggong
Protes pada situasi
Hatiku melolong
Protes pada kamu
Anjingku menggonggong
Protes pada situasi
Hatiku melolong
Protes pada kamu
Anjingku menggonggong
Hatiku melolong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Anjingku menggonggong
Kemana perginya mainanku ?
Mobil mobilan dari kulit jeruk
Kuda kudaan dari pelepah pisang
Entah kemana perginya
Sekarang sulit membedakan
Mana mainan mana sungguhan
Semua mahal
Semua harus dibeli di toko toko penggoda hati
Minta ampun harga mainan kini
Ada yang seharga gaji menteri
Terbuat dari plastik maupun besi
Hanya untuk gengsi anak bayi
Tak ada lagi bocah berkreasi
Semua sudah tersedia
Mereka menjadi cengeng dan manja
Kejernihan otaknya pun sirna
Mana mainanku yang dulu ?
Aku ingin melihat bentuknya
Aku ingin mengingat nama namanya
Yang pernah akrab dengan kehidupan ini
Hutanku,
Rusak !
Langitku,
Bocor !
Udara yang aku hisap,
Tercemar !
Makanan yang aku makan,
Racun !
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Hijau Dunia
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Dunia
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Dunia
Hijau Hijauku Hijau
Hijau Dunia
Hijau
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi
Hits dalam album Belum Ada Judul adalah lagu yang berjudul 'Belum Ada Judul', lagu yang sederhana namun dalam maknanya. Mereka yang pernah kehilangan arti persahabatan pasti akan sangat terwakili dengan lagu ini. Lagu lain yang juga menjadi hits dari album ini adalah lagu dengan judul 'Ya Atau Tidak' yang berlirik kocak.
Kesederhanaan Iwan Fals disini tetap menjadi jaminan nilai jual. Dibawah bendera Harpa records, dalam album Belum Ada Judul ini Iwan Fals tampil dengan polos yang menunjukkan inilah sesungguhnya seorang Iwan Fals.
Lagu-lagu pada album Belum Ada Judul adalah 'Belum Ada Judul', 'Besar Dan Kecil', 'Ya Atau Tidak', 'Mereka Ada Di Jalan', 'Potret', 'Di Mata Air Tidak Ada Air Mata', 'Ikrar', 'Aku Disini', 'Mencetak Sawah', 'Panggilan Dari Gunung', 'Coretan Dinding'.
Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah
Lelah
Pernah kita sama sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah
Kau
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara
Dihati
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku
Sobat
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara
Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Kau seperti buaya atau dinosaurus
Mentang mentang menakutkan makan sembarangan
Aku seperti cicak atau kadal buntung
Tubuhku kecil merengit sulit dapat untung
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Mengapa besar selalu menang?
Bebas berbuat sewenang wenang
Mengapa kecil selalu tersingkir?
Harus mengalah dan menyingkir
Apa bedanya besar dan kecil?
Semua itu hanya sebutan
Ya walau didalam kehidupan
Kenyataannya harus ada besar dan kecil
Kau seperti bis kota atau truk gandengan
Mentang mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal jepit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Pada siapa kumengadu?
Pada siapa kubertanya?
Bicaralah nona
Jangan membisu
Walau sepatah kata
Tentu kudengar
Tambah senyum sedikit
Apa sih susahnya?
Malah semakin manis
Semanis tebu
Engkau tahu isi hatiku
Semuanya sudah aku katakan
Ganti kamu jawab tanyaku
Ya atau tidak itu saja
Bila hanya diam
Aku tak tahu
Batu juga diam
Kamu kan bukan batu
Aku tak cinta pada batu
Yang aku cinta hanya kamu
Jawab nona dengan bibirmu
Ya atau tidak itu saja
Tak aku pungkiri
Aku suka wanita
Sebab aku laki laki
Masa suka pria
Ah kuraslah isi dadaku
Aku yakin ada kamu disitu
Jangan diam bicaralah
Ya atau tidak itu saja
Pukul tiga sore hari
Di jalan yang belum jadi
Aku melihat anak anak kecil
Telanjang dada telanjang kaki
Asik mengejar bola
Kuhampiri kudekati
Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi
Agar lebih jelas lihat dan rasakan
Semangat mereka keringat mereka
Dalam memenangkan permainan
Ramang kecil Kadir kecil
Menggiring bola di jalanan
Rully kecil Ricky kecil
Lika liku jebolkan gawang
Tiang gawang puing puing
Sisa bangunan yang tergusur
Tanah lapang hanya tinggal cerita
Yang nampak mata hanya
Para pembual saja
Anak kota tak mampu beli sepatu
Anak kota tak punya tanah lapang
Sepak bola menjadi barang yang mahal
Milik mereka yang punya uang saja
Dan sementara kita disini di jalan ini
Bola kaki dari plastik
Ditendang mampir ke langit
Pecahlah sudah kaca jendela hati
Sebab terkena bola
Tentu bukan salah mereka
Ronny kecil Herry kecil
Gaya samba sodorkan bola
Nobon kecil Juki kecil
Jegal lawan amankan gawang
Cipto kecil Iswadi kecil
Tak tik tik tak terinjak paku
Yudo kecil Paslah kecil
Terkam bola jatuh menangis
Melihat anak anak kecil berlari larian
Di perempatan jalan kota kota besar
Mengejar hari yang belum dimengerti
Sambil bernyanyi riang menyambut resiko
Melihat anak anak sekolah berkelahi
Di pusat keramaian kota kota besar
Karena apa tak ada yang mengetahui
Sementara darah yang keluar bertambah banyak
Melihat anak anak muda diujung gang
Berkelompok tak ada yang dikerjakan
Selain mengeluh dan memanjakan diri
Hari esok bagaimana besok
Mendengar orang orang pandai berdiskusi
Tentang kesempatan yang semakin sempit
Tentang kemunafikan yang kian membelit
Tetapi tetap saja tinggal omongan
Merasa birokrat bersilat lidah
Seperti tukang obat dijalanan
Mencoba meyakinkan rakyat
Bahwa disini seperti di surga
Tak adakah jalan keluar ?
Di Mata Air Tidak Ada Air Mata
Memetik gitar dan bernyanyi
Pada waktu tak bertepi
Di atas langit di bawah tanah
Dihembus angin terseret arus
Untuk saudara tercinta
Untuk jiwa yang terluka
Tengah lagu suaraku hilang
Sebab hari semakin bising
Hanya bunyi peluru di udara
Gantikan denting gitarku
Mengoyak paksa nurani
Jauhkan jarak pandangku
Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap tak akan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi
Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta
Walau aku tahu tak terdengar
Jariku menari tetap tak akan berhenti
Sampai wajah tak murung lagi
Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyayi dimatahari
Kupetik gitar di rembulan
Dibalik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Dibalik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Meniti hari
Meniti waktu
Membelah langit
Belah samudra
Ikhlaslah sayang
Kukirim kembang
Tunggu aku
Tunggu aku
Rinduku dalam
Semakin dalam
Perjalanan
Pasti kan sampai
Penantianmu
Semangat hidupku
Kau cintaku
Kau intanku
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu segera kembali
Doakanlah sayang
Harapkanlah manis
Suamimu suami yang baik
Ku titipkan
Semua yang kutinggalkan
Kau jagalah
Semua yang mesti kau jaga
Permataku
Aku percaya padamu
Permataku
Aku percaya padamu
Mengantuk perempuan setengah baya
Di bak terbuka mobil sayuran
Jam tiga pagi itu
Tangannya terangkat saat sorot lampu mobilku
Menyilaukan matanya
Aku ingat ibuku
Aku ingat istri dan anak perempuanku
Separuh jalan menuju rumah
Saat lampu menyala merah
Didepan terminal bis kota yang masih sepi
Aku melihat seorang pelacur tertidur
Mungkin letih atau mabuk
Aku ingat ibuku
Aku ingat istri dan anak perempuanku
Dibawah temaram sinar merkuri
Bocah telanjang dada bermain bola
Oh pagi yang gelap
Kau sudutkan aku
Suara kaset dalam mobil
Aku matikan
Jendela kubuka
Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda
Mengusik ingatanku
Aku ingat mimpiku
Aku ingat harapan
Yang semakin hari semakin panjang tak berujung
Perempuan setengah baya
Pelacur yang tertidur
Bocah bocah bermain bola
Anak muda yang bernyanyi
Sebentar lagi ayam jantan
Kabarkan pagi
Hari harimu menagih janji
Aku disini
Ya aku disini
Ingat ibuku
Istri dan anak anakku
Kubaca koran pagi sambil ngopi
Ada kabar menarik hati
Konglomerat akan mencetak sawah
Diatas tanah milik siapa?
Aku jadi berpikir
Untuk apa berupaya membuat sawah?
Sebab tanah ini tak lagi berkah
Tak lagi ramah
Semua akan sia sia
Karena kami tak lagi makan nasi
Dari bumi pertiwi ini
Dari keringat pak tani
Tanah tanah suburmu
Sudah menjadi ranjang industri
Menjadi ayunan ambisi ambisi
Demi gengsi demi aksi
Untuk apa sawah sawah
Pak taniku sudah pergi
Menjadi pejalan kaki yang sepi
Panggilan dari gunung
Turun ke lembah lembah
Kenapa nadamu murung
Langkah kaki gelisah
Matamu separuh katup
Lihat kolam seperti danau
Kau bawa persoalan
Cerita duka melulu
Disini menunggu
Cerita yang lain
Disini menunggu
Cerita yang lain
Menunggu
Berapa lama diam
Cermin katakan bangkit
Pohon pohon terkurung
Kura kura terbius
Disini menunggu
Cerita yang lain
Disini menunggu
Cerita yang lain
Menunggu
Coretan di dinding
Membuat resah
Resah hati pencoret
Mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah
Pembaca coretannya
Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok di tiap tempat sampah
Ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh
Coretan dinding kota
Coretan dinding
Terpojok ditempat sampah
Kucing hitam dan penindas
Sama sama resah
Sumber :
Syafik Baktir dan koleksi pribadi